AWAS!!! TYPO Everywhere.. hehehee
Pertemuan…
(just a dream gaaeess)
Hari itu awal dari hidupku sekaligus
akhir dari tugasku di rumahsakit kepolisian , untuk tugas dinas terakhir dari
profesi nersku kami ditugaskan untuk dinas selama seminggu di rumah sakit umum
yang dekat dengan kantor kepolisian, secara kebetulan dihari pertama kami
bertepatan dengan pelantikan anggota kepolisian baru acara penyambutan dan
pelantikan kamipun dilakukan bersamaan dan disana lah aku melihat dia, dia yang
waktu itu ikut dalam acara pelantikan tapi ada kejadian yang tidak mengenakkan
dimana pada hari itu juga ayahnya diturunkan pangkat kepolisiannya karena tidak
bias menangani dua kasus, semua mata tertuju kepada ayahnya yang kebetulan ada
dia disisi ayahnya mataku pun ikut tertuju padanya. Pertemuan mataku dan
matanya memberi kesan yang berbeda untukku..
Seperti biasa setelah penyambutan
selalu diiringi dengan salam-salaman dan foto-foto tanpa sengaja aku masuk
kedalam objek foto selfi dia bersama adeknya dan entah mengapa aku merasa dia
mulai tertarik padaku
Rumah sakit dan kantor kepolisian
dibatasi oleh sebuah tebing tanah yang sedikit tinggi sehingga untuk menuju
kerumah sakit aku agak kesusahan tapi
tiba-tiba ada tangan yang terulur kearahku dan ketika aku mengakkat keala
BINGO! Itu dia.. jujur aku merasa deg-degan dengan perasaan sedikit ragu aku
menerima uluran tangannya dan dengan santai dia terus membimbingku berjalan
sampai saat aku tersadar bahwa aku dan dia sudah agak lama bergandeng tangan
reflex aku lansung menarik tanganku dari genggamannya dan dia pun menoleh
kebelakang sambil tersenyum dan memperkenalkan nama “hai,aku vickri” dengan
sedikit kikuk aku membalas senyumnya dan ikut memperkenalkan diri , sambil
menuju ke bangsal dimana aku ditugaskan dia menemani langkahku dengan
pertanyaan yang yaaa agak aneh mnurutku
“kamu kerja disini?” “oh bukan, kami
dinas sementera tugas profesi” “memangnya kamu mau jadi apa?” “perawat” “haa?
Apa itu perawat?? Dokter??” nah saat dia bertanya ini agak lucu aneh dan polos
menurutku kecanggungankupun menghilang dengan senyum yang lebih lebar dari awal
perkenalan tadi aku menjawab “bukan dokter tapi perawat” “perawat? Bukannya
yang ada itu dokter?” “hahahaa… aneh ya kamu kok bias disimpilkan gitu? Ya
enggaklah.. dokter ama perawat itu beda lagi” “emang apa bedanya?” “ya.. kalo
dokter itu mendiagnosa pasien dengan diagnose medis, memberi resep obat,
kembali mengunjungi pasiesn dihari berikutnya, tapi kalo perawat itu kami yang
bertugas menjaga pasien 24 jam melakukan tindakan yang bisa membantu kesembuhan
pasien” “oh.. gitu, kenapa kamu mau jadi perawat??” “yaa.. karena aku ingin
menolong orang yang sakit agar segera sembuh, kamu sendiri kenapa menjadi
polisi??” “yaa.. karena aku ingin melindungi orang – orang dari ketidakadilan
yaaa selain itu ayahku kan juga polisi kamu taulah kan saat pelantikan tadi..”
“oh iyadeh.. semoga kamu gak lupa dengan tujuan awalmu.. oh ya ini bangsal
tempatku bertugas aku dinas dulu ya.. sebelum dimarahi kakak senior karena
telat” sambil senyum aku melambai dan mengakhiri percakapan singkat itu”
Hanya dengan petemuan, perkenalan, dan
bahkan percakapan singkat itu membuatku senyum – senyum sendiri”
Dihari kedua setelah pulang dinas aku
lansung mengambil motorku dan bersiap untuk pulang tapi sudut mataku menangkap
bayangan dia yang melambai kearahku dilahan kosong yang ditumbuhi ilalang
sebagai pembatas rumah sakit dan kantor kepolisia dengan tebing yang lumayan
tinggi, keinginan untuk segera pulangpun aku urungkan dulu aku menghampirinya.
Dia tersenyum kepadaku reflex senyumku pun ikut mengembang dan percakapan
singkat yang aneh pun kembali terjalin.
Dihari ketiga tanpa kusadari tenyata
dia datang kerumah sakit hanya sekedar untuk melihat bagaimana aku melakukan
tindakan keperawatan yang ditugaskan kepadaku kalau bukan dikode teman satu tim
mungkin aku tidak akan menyadari keberadaannya aku menoleh dia menyamput pandanganku dengan senyum dan
isyarat semangat senyumkupun mengembang , aku kembali memfokuskan pikiranu pada
tindakanku dan tak kusadari kapan dia berlalu pergi, hari ini aku terlalu lelah
dan tidak ada pertemuan
Dihari keempat dia kembali datang
kerumah sakit dijam pulang dinasku senyumku kembali mengembang yang entah sudah
selebar apa saat itu. Seperti biasa dia mengiringi langkahku menyusuri lorong
hingga kepadang rumput yang entah semenjak kapan menjadi tempat pertemuan itu.
Percakapan sederhana kami kadang diisi oleh tawa kecil yaa karena percakapan
kami memang agak aneh dan lucu menurutku. Aku menceritakan kesukaan –
kesukaanku termasuk pada kegilaanku pada dunia luar seperti korea, spanyol,
italia, belanda, turki, dan dunia luar lain yang begitu indah bagiku. Aku juga
menceritakan bagaimana perasaanku pada negaraku sendiri, dengan jujur aku
mengatakan aku tidak terlalu suka dengan negaraku sendiri , kemudian pertanyaan
itu kembali menggeitikku karena ada keraguan dihatiku, dengan enteng aku
kembali bertanya “kamu kenapasih mau jadi polisi?” “kan aku udah bilang aku mau
melindungi orang – orang” “yakin kamu gaada dendam karena pangkat ayahmu
diturunkan didepan umum kemaren gitu?” entah kenpa pertanyaan itu meluncur
bebas dari mulutku, sekilas aku melihat perunahan ekpresi diwajahnya, karena
kebiasaan blak – blakkan aku kembali meneruskan kata – kataku “kamu tidak akan
pernah mengkhianati profesimu karena dendamkan? Karena aku sangat tidak
menyukai orang yang seperti itu” raut wajahnya masih sama dan semakin buruk
menurutku hingga tiba – tiba dia mengucapkan kata yang menusuk hatiku “eh, kita
baru kenal yak ok lansung nge-judge gitu? Ya terserah aku dong mau dendam atau
enggak, baru kenal jugak kok kepo kali jadi orang” “loh kok kamu bilang gitu?
Aku gak ada nge-judge kok kan aku Cuma nanya” “ah udahlah gausah kenal lagi
deh” dan diapun melangkahi tebing itu dengan begitu ringan dan pergi begitu
saja kembali ke pos nya. Dengan perasaan kecewa karena tanggapannya aku
menyimpilkan mungkin dia memang memiliki sedikit dendam dan mungkin perkataanku
tadi menyinggung hatinya.
Tanpa aku sadari airmataku menetes
begitu saja dan kakiku reflex menekuk. Dalam posisi jongkok itu aku menangis
cukup lama. Karena memang sudah jadi kebiasaanku untuk jongkok saat menangis
ataupun kecewa, mungkin dia masih mengamatiku yang bertahan pada posisi itu
dari balik posnya, cukup lama aku bertahan merasa sudah cukup tenang aku
berdiri dengan cepat seperti biasa setiap selesai menangis kepalaku akan
pusing, itu efek yang aku sangat aku benci, dengan kondisi itu begitu berdiri
kepalaku pusing dan sakit hebat pandanganku seketika gelap dan entah apa yang
terjadi karena begitu bangun aku sudah berada di ugd rumah sakit ternyata
karena kelelahan selama dinas 4 hari belakangan tekanan darahku turun drastic
sehingga aku jatuh pingsan begitu keterangan yang disampaikan dokter jaga waktu
itu kepada teman se-angkatan profesiku yang pada saat itu memang bertugas di
ugd, dia juga mengatakan kalau yang menyelamatkan dan membawaku ke ugd adalah
seorang polisi, karena pertengkaran tadi tidak ada terpikir di otakku kalau dia
yang menolongku, hari kelima dan keenam berlalu begitu saja dia tidak pernah
menampakkan batang hidungnya lagi tidak di bangsal rumah sakit ataupun dipadang
ilalang tempat pertemuan kami itu, ada sedikit kekecewaan dihatiku karena yaa
besok sudah hari terakhir kami bertugas disini dan tentu saja kami harus
kembali diaktivitas kampus yang juga memberi arti bahwa kami tidak akan pernah
bertemu lagi, tapi dia yang mulai mengisi ruang rindu di otakku tidak juga
menampakkan diri, ah aku sangat kecewa.
Dihari terakhir ini memang hanya untuk
acara perpisahan jadi kami pulang dinas lebih cepat, dengan kekecewaan yang sangat
itu aku menuju ke parkiran tapi sudut mataku melihat keberadaannya di padang
ilalang itu sambil tersenyum dan melambai kepadaku, oh tuhan hanya kau yang
tahu betapa rindunya aku pada senyuman itu, senyuman yang amat sangat lebarpun
tersungging indah ya mungkin indah banget
kali ya makanya dia bisa terhipnotis gitu, aku segera menuju kearahnya
begitu betemu mata dengannya hanya satu pertanyaan yang ada diotakku dan yaaa
seperti biasa mulutku selalu lancer mengatakan apa yang ada dipikranku “udah
gak marah lagi?” petanyaanku itu hanya disambut gelengan dan senyumannya, ah
aku sangat bersyukur sehingga kebiasaanku jongkok tiba – tiba kambuh lagi.
Dengan ekpresi lega dan bersyukur aku dalam posisi itu cukup lama sampai saat
aku menengadah dan reflex lansung berdiri tiba – tiba dia memegang kedua
pundakku dan membimbingku agar berdiri dengan sangat perlahan “pelan – pelan
aja ntar pingsan lagi” nahloh tau
darimana dia kemaren aku pingsan gara – gara itu?? , akupun menatapnya
dengan ekspresi bertanya – Tanya dan mungkin ekspresiku mudah dibaca sehingga
dia lansung menjelaskan “ iyaa kemaren itu kami nangis sambil jongkok gini
jugakan? Pas berdiri kamu lansung pingsan untung aja aku tetap mengamati
tingkahmu dari jauh jadi bias cepat aku taunya lansung aku gendong lari ke ugd
deh” “eh.. jadi kamu yang nolong aku? Aku kira bapak polisi mana.. aku piker
kamu marah banget sama aku soalnya lansung pergi gitu aja” memang dasar cewek
yang ekspresif apapun lansung tergambar diwajahku termasuk ekpresi kesedihan
saat ini, sambil menunduk aku minta maaf karena terlalu ikut campur urusan
pribadinya “udah gak apa – apa kok jujur kemaren aku emang agak kecewa dan
marah sama kamu tapi yaa entah kenapa aku tuh gabisa marah lama – lama sama
kamu” “gak lama apaan 2 hari ngilang pun” aku kembali mengangkat kepalaku dan
melanjutkan kata – kataku “kemaren itu jujur aku mengatakan itu karena aku gak
mau benci sama kamu sebenarnya aku bias aja cuekin dan gak peduliin mau kamu
dendam kek atau apalah tapi hatiku gak ingin kalau ternyata yang aku katakan
kemaren emang terjadi dan kalau itu terjadi berarti aku harus benci sama kamu
nah.. hatiku gak mau kalo sampai aku harus benci sama kamu jadi maaf ya..”
puppy eyesku pun beraksi diapun menjawab “sebenarnya 2 hari tanpa menyapamu
berat bagiku meskipun perkenalan kita amat sangat singkat tapi ada kerinduan
dihatiku untuk melihat beragam ekspresi yang muncul diwajahmu itu dan aku
merasa itu sangat lucu, tapi aku harus menjernihkan pikiranku dulu dan kamu
memang benar, kemaren itu memang ada sedikit dendam dihatiku tapi setelah
bertanya tanggapan ayahku tentang penurunan jabatannya ayahku malah menerima
dengan ikhlas dan tidak memiliki kekesalan sedikitpun lalu kenapa aku harus
menyimpan dendam? Kemudian aku juga ingat kamu mengatakan sangat membenci orang
yang mengkhianati profesinya dan jika dendam ini terus kusimpan suatu hari
nanti mungkin aku akan menjadi orang yang kamu benci dan aku gak mau it terjadi
jadi yah.. sekarang dendam yang kekanak – kanakan itu sudah kubuang jauh
makanya aku kembali menemuimu” senyum indah tersungging diwajah tampannya yang
selalu sukses membuat irama jantungku tak pernah tetap, “suatu hari membencimu?
Kalopun itu akan terjadi aku sudah tidak disini kok, karena ini hari terakhir
kami dinas di rumah sakit ini, 2 hari lagi kembali ke aktivitas kampus dan
kesibukanku menyusun proposal penelitian jadi pertemuan itu tidak akan terjadi
lagi, ini hari terakhir aku dikota ini” aku mencoba tersenyum walaupun ada
kesedihan dihatiku. “iya aku tau” dia menjawabnya masih dengan senyuman yang
sama ada hal yang membuatku sedikit bingung bukankah dia baru saja berkata
ingin selalu bersamaku tapi kenapa dia biasa saja saat tau aku tidak akan bisa
bertemu dengannya lagi “udah gak usah pasang ekspresi gitu deh.. bukn berarti
aku gak kecewa aku gabakal bisa ketemu kamu kayak gini lagi” dia menjawab
seolah mengerti kebingungan diotakku dengan hanya menlihat ekpresiku. “ kitakan
bisa tetap komunikasi , ehhmm siniin handphone kamu cobak” seperti anak kecil
yang penurut aku lansung memberikan yang dia minta , dia menekan beberapa nomor
kemudian terdengar nada dering di handphone dia dan melanjutkan menscan barcode
yang aku duga itu scan barcode bbm atau line atau aplikasi sosmed lain yang aku
pakai mungkin “nah itu nomer hp-ku udah aku save , bbm sama sosmed lainnya juga
udah aku connect-in semua tuh” aku mengambil kembali handphone-ku yang masih
ditangannya dengan ekspresi bingung dan senyum malu-malu sih ya..”contact
namenya apaan kamu buat? Kok aku gak nemu??” “hehehe.. itu aku kasi nama LOVE”
dia mengatakan dengan senyum malu ala-ala dia , aku hanya membalas dengan
senyum manis , kemudia dia kembali nyeletuk “eh.. ulang tahun kamu kapan sih?”
“ehm.. 3 bulanan lagi lah” “oyah..? okdeh.. btw aku ulang tahunnya hari ini
loh..” “hah..?? beneran?? Aduh kamu kok baru bilang sekarang sih.. aku gak
punya hadiah apa-apa nih.. kok baru bilang sih… gak seru ah..” “gimana mau
bilang kamu gapernah nanya juga..” “hem.. iya juga yah.. selamat ulang tahun
aja deh do’a terbaik untukmu.. maaf ya.. gabisa kasi hadiah apa-apa” sambil
menatap dengan puppy eyes andalanku yang entah terlihat lucu atau menggelikan
dimatanya sehingga dia tertawa terbahak gitu . “hemm.. kamu udah kasi aku
hadiah yang paling indah dan paling aku inginkan kok” dia tersenyum sambil
mengusap kepalaku “hah?? Apaan??” tanyaku polos “kamukan udah kasi hatimu ke
aku.. nah itu tuh hadiah yang paling aku inginkan” . aku yakin saat ini pipiku
bersemu sangat kemerahan karena gombalannya barusan, aku berusaha menetralkan
detak jantungku agar kembali bisa berbicara sambil menatapnya “siapa bilang
ish?? : p tapi yakin nih Cuma itu hadiah buat kamu?” “aku yakin kok hati kamu
buat aku walaupun belum seluruhnya mungkin.. yaa gapapalah kan pertemuan kita
juga bentar banget.. kalo boleh aku mau minta waktu santai sore kamu boleh?”
“ehm… boleh deh mau kemana emang?” “ikut aja deh ya..” dia kembali menggandeng
tanganku dan membimbing setiap langkahku.. ini akan menjadi sore terindah
dihidupku semua masalahku telah hilang aku menemukan sesuatu yang sebenarnya
bukan yang aku cari selama masa dinas praktek ini tapi ini menjadi bonus yang
sangat indah bagiku semoga keindahan ini bertahan selamanya .
Ini aja ya.. keburu dibangunin
abisnya.. :D :V
Komentar
Posting Komentar