makalah kardiovaskular sifilitik


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Kita semua menyadari, memaklumi dan merasakan bahwa kegunaan jantung sangat vital bagi kehidupan manusia. Bagi makhluk hidup jantung mempunyai arti yang sangat penting. Tanpa jantung manusia tidak akan bisa hidup.
Akibat pencegahan dan pemberantasan , maka penyakit jantung sifilitik jarang ditemukan. Tetapi berhubung akhir-akhir ini kasus silfilis bertambah , maka penyakit jantung sifilitik menjadi sangat penting lagi . pria lebih sering terkana daripada wanita dengan perbandingan 3 : 1.
Seperti diketahui, Troponema pallidum dari porte d’entree masuk kedalam aliran vena dan tersebar ke dalam paru – paru , tempat spirochaeta tersangkut dalam saluran limfe dan kadang – kadang menyebar dari kelenjar – kelenjar mediastum ke tunica adventia aorta. Penyerangan tunica media aorta dengan kerusakan tunica elastica dan fibrosis tunica muscularis menyebabkan dilatasi cincin katup aorta dan penyempitan ostium a.coronaria yang merupakan tanda – tanda khas carditis leutica.
Penyakit jantung sifilitik belum jelas hingga 15 – 20 tahun setelah infeksi , karena itu penderita berusia antara 40 – 55 tahun.
B . Tujuan Penulisan
1.      Tujuan umum
-          Untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang sistem penerapan jantung sifilitik, kemudian dihubungkan dengan teori-teori yang selama ini di pelajari.
-          Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan dalam usaha mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi, terutama tentang penerapan jantung sifilitik.
-          Memberikan pengetahuan baru bagi mahasiswa lainnya tentang penerapan jantung sifilitik
2.      Tujuan khusus
-          Makalah ini diringkas, dari calon tenaga kesehaatn untuk calon tenaga kesehatan
-          Sebagai gambaran untuk memperluas pengetahuan tentang jantung sifilitik kepada calon tenaga kesehatan
-          Menerapkan atau memberikan pengertian, latar belakang masalah, dan apa itu jantung sifilitik



BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.    Konsep Dasar Medik
1.      Definisi
Kardiovaskular Sifilitik adalah penyakit yang timbul setalah 10 – 20 tahun terinfeksi penyakit sifilis . Sifilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Trephonema pallidum . Penyakit Sifilis memiliki tingkatan atau stadium – stadium , jika infeksi sifilis sudah parah , maka sifilis dapat menginfeksi organ dalam tubuh terutama sistem kardiovaskular , otak , sum-sum saraf , dan pembuluh darah , terutama pembuluh darah besar , seperti aorta . sejumlah 10% pasien sifilis akan mengalami fase kardiovaskular sifilitik .
Spirokaeta yang menyerang Aorta akan menyebabkan dinding Aorta akan melemah dan memuai , dapat menimbulkan rasa nyeri , pendarahan yang banyak bahkan kematian . Perubahan dini t.adventia terdiri atas penebalan konsentrik dan proliferatif dindind vasa vasorum yang dikenal sebagai endarteritis obliterativa.
Pembuluh – pembuluh itu dikelilingi limfosit dan sel plasma, terutama yang dekat dengan jantung . Dianggap penyempitan arteri yang membekalkan darah menyebabkan destruksi ishkemik jaringan elastik dan otot polos media. Kemudian terjadi vaskularisasi akibat radang dan fibrosis. Jaringan parut media dapat menonjol ke dalam intima. Jaringan parut sekitar muara pembuluh darah, terutama a.intercostalis dan a.coronaria, dapat menyebabkan penyempitan ostium dan menyebabkan insufisiensi koroner. Akibat menghilangnya penunjang muskuloelastik, aorta mengalami regangan yang keras, sehingga katup – katup aorta juga menjadi regang.
Kelainan pada ostium a.coronaria kadang – kadang menyerupai penyempitan arteriosklerotik a.coronaria, dengan perubahan myocardium yang menyerupai perubahan akibat insufisiensi a.coronaria. Bila insufisiensi katup akibat lues menyebabkan gagal jantung , maka penderita akan meninggal dalam waktu 1 sampai 3 tahun.
Hal ini menyebabkan Aortitis leutica menjadi salah satu bentuk sifilis tersier yang ditakuti.

2.      Etiologi
Kardiovaskular sifilitik ini desebabkan oleh Troponema pallidum dari porte d’entee yang masuk kedalam aliran vena .
3.      Patofisiologi
Penyakit sifilis yang sudah kronis dan mencapai kardiovaskular sifilitik , maka spirokaeta akan menyerang Aorta , katup Aorta , dan miokardium , bagian Aorta yang diserang adalah bagian yang paling dekat dengan jantung . Dinding Aorta akan melemah dan memuai keaadaan ini disebut Aneurisma. Jaringan parut media dan subendotel yang fokal nampak sebagai bercak menonjol dan berawarna abu- abu bergaris tengah 1 – 3 cm pada permukaan aorta. Karena jaringan parut tidak teratur dan mengerut , terjadi kerutan longitudinal pada permukaan intima.
Ostium a.coronaria dan a.intercostalis sering menyempit. Aortis leutica merupakan predisposisi bagi aterisklerosis sehingga akar aorta juga mengalami arterisklerosis. Akibat dilatasi cincin katup aorta , daun – daun katup aorta menjadi regang dan menyempit dan komisura melebar. Sinus dibelakang daun katup menjadi dangkal dan ostium a.coronaria menjadi lebih nyata, yang sering disebut “high coronary take-of”. Akibat lain daripada pelebaran cincin katup , ialah terjadinya insufisiensi katup aorta sehingga beban ventrikel kiri bertambah.
4.      Manifestasi klinis
Biasanya disebabkan oleh nekrosis Aorta yang berlanjut kearah katup . tanda – tanda kardiovaskular sifilitik adalah infusiensi Aorta atau Aneurisma yang berbentuk kantong Aorta torakal (aneurisma aorta toraks ), dilatasi cincin katup aorta dan penyempitan ostium a.coronaria.
Terjadi hipertrofi dan dilatasi ventrikel kiri dan pembesaran hingga 1000 gram, yang disebut “cor bovinum”. Aliran aorta yang kembali dapat menyebabkan penebalan endocardium, tempat darah melewati endocardium ventrikel kiri. Penebalan – penebalan itu biasanya berbentuk bulan sabit dengan cekungan mengarah ke ppancaaran  kembali, sehingga kadang – kadang berbentuk daun – daun miniatur dengan kantong – kantong dangkal (kantong – kantong Zahn). Kecuali insufisiensi relatif katup mitral yang disebabkan oleh dilatasi jantung, bagian jantung lain tidak terkena.
Insufisiensi katup tidak hanya menyebabkan bising diastolik aorta yang keras, tetapi juga menyebabkan pelebaran tekanan nadi yang disebut nadi Corrigan.
Tekanan nadi yang lebar ini dapat terlihat sebagai pulsasi kapiler di bawah kuku dengan menekan sedikit pada kuku. Lama – kelamaan insufisiensi katup menyebabkan pembesaran jantung . kadang – kadang penebalan daun katup juga menyebabkan bising sistolik yang nyata.
Kelainan pada ostium a.coronaria kadang – kadang menyerupai penyempitan arterisklerotik a.coronaria, dengan perubahan myocardium yang menyerupai perubahan akibat insufisiensi a.coronaria.Bila insufisiensi katup akibat lues menyebabkan gagal jantung.
Walaupun carditisnya tidak menimbulkan gejala bertahun – tahun lamanya; insufisiensi katup aorta penyempitan ostium a.coronaria dan pembentukan aneurisma aorta dan menyebabkan kematian.
5.      Pemeriksaan Diagnostik
Bila terdapat aorta tanpa infusiensi aorta tanpa kelainan katup pada seseorang berusia setengah baya disertai pemeriksaan serologis yang reaktif , hal pertama yang harus dipikirkan adalah kardiovaskular sifilitik sampai dibuktikan lebih lanjut. Selain itu juga dapat dengan melihat pulsasi kapiler di bawah kuku dengan menekan sedikit pada kuku.
6.      Diagnosis Banding
Hipertensi , Arteriosklerosis , dan penyakit jantung Reumatik.
7.      Penatalaksanaan
Pengobatan untuk kardiovaskular sifilitik belum ditemukan namun dapat dilakukan pencegahan dari penyakit sifilis.
8.      Konflikasi
Dapat menyebabkan emboli , emboli serebral , infark miokardia , infusiensi aortik , dan pada akhirnya pasien akan mengalami gagal jantung.

B.     Konsep Dasar Keperawatan
1.       Pengkajian
   Data subjetif :
1.      Klien atau pasien mengatakan bagian dada nya selalu terasa sakit dan selalu merasa nyeri
2.      Klien atau pasien mengatakan merasa takut akan kematian
3.      Klien atau pasien mengatakan tidak selera makan
4.      Klien atau pasien mengatakan kondisinya semakin lemas
5.      Klien atau pasien mengatakan kekurangan waktu untuk istirahat karena adanya peradangan pada bagian dadanya.
   Data objektif :
1.      Klien atau pasien tampak kesakitan
2.      Klien atau pasien tampak gelisah dan cemas
3.      Klien atau pasien tampak pucat
4.      Klien atau pasien tampak meringis dan juga susah istirahat
5.      Klien atau pasien tampak tidak nyaman
2.       Diagnosa keperawatan
1.      Gangguan pada bagian aorta yang dapat menyerang bagian yang paling dekat dengan jantung sehingga dindingnya melemah dan memuai.
2.      Intoleran aktivitas yang menekan jaringan sekitar saraf interkosta dan dapat menimbulkan rasa nyeri.
3.      Gangguan spirokaeta yang dapat menyebabkan peradangan pada aorta yang diseuat dengan aortitis.
3.       Intervensi
1.      Memperbaiki bagian aorta yang di serang. Menjelaskan kepada pasien untuk tidak terlalu fokus memikirkan gangguan yang berhubungan dengan penyakitnya.
2.      Meningkatkan rasa nyaman. Untuk memenuhi rasa nyaman pada pasien, maka pasien harus diberi morfin sulfat memalui IV agar dapat mengurangi rasa nyeri, gelisah dan cemas pada pasien tersebut.
3.      Meningkatkan istirahat.  Pasien diharapkan dapat beristirahat kira – kira selama 30 menit atau 1 jam agar pasien tidak merasa lemas. Pasien juga dibantu dalam melakukan kegiatan yang tidak dapat dilakukannya secara sendiri. Dan juga pantau tekanan dan denyut nadi pasien pada saat beristirahat.
4.      Memperbaiki nutrisi. Memberikan dorongan kepada pasien agar dapat mengonsumsi makanan yang sesuai dengan keadaan pasien. Misalnya makanan yang lunak, tidak mengandung banyak garam, dan juga non-kolesterol.
5.      Penyuluhan kesehatan.
a.       Jelaskan kepada pasien tentang infeksi primer dari sifilis
b.      Jelaskan kepada pasien cara – cara yang dapat membantu pasien bila merasa gelisah dan nyeri pada daerah dadanya yang sakit tersebut.
c.       Memberikan pandangan ataupun arahan kepada pasien untuk tidak mengonsumsi obat – obatan yang berbahaya juga termasuk rokok.
4.       Implementasi
1.      Anggota tim dapat menjalankan rencana keperawatan yang telah dibuat nya
2.      Dapat mencapai rencana yang telah dibuat serta melaksanakan nya dengan baik
3.      Dapat memperoleh hasil yang maksimal sehingga rencana berjalan dengan lancar
4.      Dapat melaksanakan rencana tindak lanjut dengan cara yang tepat, aman, serta sesuai dengan kondisi klien atau pasien.
5.      Membuat sebuah dokumentasi tindakan maupun respon dari klien atau pasien terhadap tindakan yang telah dilakukan.
5.      Evaluasi
1.      Dapat mengurangi rasa nyeri dan peradangan pada pasien
2.      Dapat memanfaatkan waktun istirahat secara mandiri apabila merasa sakit dada, gelisah dan cemas
3.      Menunjukkan tanda – tanda vital baik itu nadi maupun tekanan darah yang stabil sehingga dapat membantu pasien dalam pemenuhan melakukan aktivitas kegiatannya
4.      Menyarankan agar dapat menghindari hal – hal yang dapat menyebabkan kambuhnya penyakit sifilitik
5.      Dapat mencegah terjadinya infeksi primer dari sifilis.




DAFTAR PUSTAKA
Baradero,Mary et al. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.               Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mansjoer,Arif et al.2001. Kapita Selekta Kedokteran.Edisi III Jilid 1.Jakarta: Media Aesculapcus.
Mansjoer, Arif et al.2001.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi III Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapcus.
Staf Pengajar Bag.Patologi Anatomik FKUI.1973.Patologi. Jakarta : FKUI.
Rohma Nikmatur & Saiful Walid.2012.Proses Keperawatan teori & aplikasi.Yogyakarta : Ar-ruzz Media.

Komentar