BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memang sulit untuk mendapatkan tubuh
yang sehat dan segar, kebanyakan orang bilang Sehat Itu Mahal, tetapi
benarkah tentang fakta itu, tapi menurut pendapat para Ilmu Kesehatan
Dunia (WHO) , memang sehat itu mahal, karena kita harus memakan-
makanan yang penuh dengan gizi, akan kaya protein, zat besi, dan lain-lain.
Sementara itu kita harus membeli makanan itu dengan harga yang cukup mahal, apa
lagi harga sayur-mayur, susu, beras, lauk pauk, dll, mungkin sedang melonjak
harganya di pasar-pasar tradisional.
Untuk itu hiduplah dengan jaga
kesahatan anda karena itu sangat penting bagi anda dan keluarga anda.
Istilah sehat dalam kehidupan
sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara
normal. Bahkan benda mati pun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat
berfungsi secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa
kendaraannya dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya
merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya
sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh
tubuh pasien berfungsi secara normal.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya
tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar
kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua
pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami
dalam konteks pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi,
sosiologi, kedok-teran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba
memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari
masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang
berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradap-tasi dengan
lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosial budaya.
1.2 Tujuan Makalah
Tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul “PERSEPSI
DAN PRILAKU SAKIT” yaitu:
A. Mengetahui
definisi sehat dan sakit
B. Membedakan
definisi sehat dan sakit menurut para ahli
C. Mengetahui
rentang sehat sakit beserta status kesehatan
D. Mengetahui
faktor-faktor penyebab sehat, perilaku sakit dan penyebab penyakit
E. Dampak
hospitalisasi pada klien dan keluarga
1.3 Rumusan
masalah
A. Apa
perbedaan pengertian sehat menurut para ahli ?
B. Bagaimana
terjadinya rentang sehat sakit ?
C. Apa saja
yang dapat menyebabkan perilaku sehat dan sakit?
D. Bagaimana
perilaku sehat dan sakit itu ?
E. Siapa saja
yang mendapatkan dampak hospitalisasi ?
1.4 Metode
Penulisan
Metode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini
yaitu, dengan menggunakan studi pustaka dari beberapa sumber dan situs web, ini
bertujuan untuk mempermudah kami dalam menyelasaikan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Sehat
Sehat
merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi
juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi,
sosial dan spiritual
Berikut ini beberapa definisi sehat menurut para ahli:
A. Sehat menurut WHO (1927)
Sehat adalah keadaan utuh secara fisik, jasmani,
metal, dan sosial dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit cacat
dan kelemahan.
Mengandung 3 karakteristik :
1.
Merefleksikan
perhatian pada individu sebagai manusia
2.
Memandang
sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal.
3.
Sehat
diartikan sebagai hidup yang kreatif dan prodiktif
B. Sehat
menurut UU No.23/1992 tantang Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan
(jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.
C. Sehat
menurut Pepkin’s
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan dinamis antara
bentuk dan fungsi tubuh yang dapat mengadakan penyesuaian sehungga tubuh dapat
mengatasi gangguan dari luar.
D. Sehat menurut Zaidin Ali (1999)
Sehat adalah suatu kondisi keseimbangan antara status
kesehatan biologis (jasmani), psikologis (mental), sosial, dan spiritual yang
memungkinkan orang tersebut hidup secara mandiri dan produktif.
E. Sehat
menurut Pender (1982)
Sehat adalah
aktualisasi (perwujudan yang diperoleh individu melalui kepuasan dalam
berhubungan dengan orang lain, perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan
diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan
stabilitas dan integritas structural.
2.2 Pengertian Sakit
Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial,
perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan
terjadinya proses penyakit.
Oleh karena itu sakit tidak sama
dengan penyakit. Sebagai contoh klien dengan Leukemia yang sedang menjalani
pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti bisaanya, sedangkan klien lain
dengan kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri untuk menjalanai operasi
mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi fisik.
Berikut beberapa definisi sakit
menurut para ahli
1. Sakit menurut Parson (1972)
Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai
totalitas, termasuk keadaan organisme sebagai system biologis dan penyesuaian
sosialnya.
2. Sakit menurut Bauman (1965)
Seseorang menggunakan tiga criteria untuk menentukan
apakah mereka sakit :
a. Adanya gejala : naiknya temperatur,
nyeri
b. Persepsi tentang bagaimana mereka
merasakan : baik, buruk, sakit.
c. Kemampuan untuk melaksanakan
aktivitas sehari-hari : bekerja, sekolah.
3. Sakit
menurut Perkin’s
Sakit adalah sautu keadaan yang tidak menyenangkan
yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan dalam aktivitas
sehari-hari baik aktivitas jasmani, rohani, maupun sosial.
4. Sakit
menurut Webster’s New Coligiat Act
Sakit adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh
melemah.
5. Sakit
menurut Zaidin Ali (1998)
Sakit adalah suatu keadaan yang mengganggu
keseimbangan status kesehatan biologis (jasmani), psikologis (mental), sosial,
dan spiritual yang mengakibatkan gangguan fungsi tubuh, produktifitas dan
kemandirian individu baik secara keseluruhan maupun sebagian.
2.3 Rentang Sehat Sakit
Status
kesehatan seseoorang terletak antara dua kutub, yaitu sehat optimal dan
kematian. Apabila status kesehatan kita bergerak kearah kematian maka kita
berada dalam area sakit (Illness area),
dan apabila status kesehatan kita bergerak ke arah sehat maka kita berada
dalam areasehat (Wllness are). Jadi,
status kesehatan selalu dinamis dan berubah setiap saat.
Sesuai dengan rentang sehat-sakit maka status kesehatan dapat dibagi dalam
keadaan optimal sehat atau kurang sehat, sakit ringan atau sakit berat sampai
meinggal dunia. Apabila individu berada dalam area sehat maka dilakukan upaya
pencegahan primer (primary prevention),
yaitu perlindungan kesehatan (Health
protection) dan perlindungan khusus (Specific
protection) agar terhindar dari penyakit. Apabila individu berada dalam
area sakit maka dilakukan upaya pencegahan sekunder dan tersier, yaitu dengan
diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, pencegahan perburukan penyakit dan
rehabilitasi.
Karena sehat dan sakit merupakan
kualitas yang relatif dan mempunyai tingkatan sehingga akan lebih akurat jika
ditentukan seseuai titik-titik tertentu pada skala Rentang
Sehat-Sakit.
2.4 Status Kesehatan
Status kesehatan merupakan suatu keadaan kesehatan
seseorang dalam rentang sehat-sakit yang bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh
perkembangan, sosial kultural, pengalaman masa lalu, aharapan seseorang tentang
dirinya, keturunan, lingkungan, dan pelayanan.
- Perkembangan
Perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini
adalah pertumbuhan dan perkembangan.
- Sosial dan kultural
Perubahan status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh pemikiran dan
keyakinan sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam perilaku kesehatan.
- Pengalaman masa lalu
Perubahan status kesehatan dapat dipengaruhi juga oleh pengalaman masa
lalu. Hal ini dapat diketahui jika ada pengalaman kesehatan yang tidak
diinginkan atau pengalaman kesehatan yang buruk sehingga berdampak besar dalam
status kesehatan selanjutnya.
- Harapan seseorang tentang dirinya
Harapan meruapakan salah satu bagian yang penting dalam meningkatkan
perubahan status kesehatan ke arah yang optimal. Harapan ini dapat menghasilkan
status kesehatan ke tingkat yang lebih baik secara fisik maupun secara
psikologis.
- Keturunan
Keturunan juga dapat mempengaruhi terhadap status kesehatan seseorang
mengingat poteni perubahan status kesehhatan telah dimiliki melalui faktor
genetik.
- Lingkungan
Lingkungan yang dimakksud adalah lingkungan fisik seperti sanitasi
lingkungan, kebersihan diri, tempat pembuangan air limbah atau kotoran serta
rumah yang kurang memenuhi persyaratan kesehatan sehingga dapat mempengaruhi
perilaku hidup sehat yang dapat merubah status kesehatan.
- Pelayanan
Pelayanan kesehatan dapat berupa tempat pelayanan atau sistem
pelayanan yang dapat mempengaruhi status kesehatan.
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Sehat
Yang dimaksud dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan adalah faktor-faktor yang
berpengaruh baik yang bersifat menunjang ataupun yang berisfat menghambat
terhadap keadaan sehat-sakit.
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
kesehatan individu yaitu:
A. Faktor lingkungan
Pengaruh lingkungan terhadap
kesehatan besar sekali. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor penyebab
penyakit dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian penting dan besarnya pengaruh
lingkungan terhadap kesehatan.
B. Faktor
Sosial Budaya
Fakrot sosial budaya merupakan
faktor kedua yang cukup besar pengaruhnya terhadap kesehatan. Termasuk ke dalam
faktor ini adalah :
1. Tingkah
laku, kebisaaan, adat istiadat
2. Kepercayaan,
pandangan hidup, nilai-nilai
3. Sosial
ekonomi tarap hidup dan penghasilan
4. Demografi,
kepadatan penduduk
5. Pendidikan
C. Fasilitas
kesehatan
Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah
1. Lokasi,
tempat pelayanan dekat atau dapat dijangkau dan diketahui oleh masyarakat atau
tidak
2. Usaha
informasi dan motivasi
3. Program :
apakah meliputi semua kebutuhan kesehatan masyarakat atau tidak.
D. Keturunan
Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah :
1. Genetik
2. Struktur
tubuh
Keempat faktor di atas dapat
menunjang ataupun menghambat kesehatan, sehingga dapat memudahkan atau
menyulitkan timbulnya sehat-sakit, dan juga faktor-faktor tersebut saling
mempengaruhi.
2.6. Penyebab Penyakit
Istilah
medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan
berkurangnya kapasitas.
Sumber
penyakit manusia 90% berasal dari Usus (Kolon) yang tidak bersih/tidak sehat. Makanan yang dimakan tiap hari
akan meninggalkan sisa pada permukaan dinding usus. Tumpukan sisa makanan
mengendap dari waktu ke waktu yang akan menyebabkan toxid (bahan beracun).
Selanjutnya toxid (bakteri, fungi, dan parasit) akan masuk ke dalam sistem
peredaran darah sehingga menghasilkan toxin(racun) dalam darah.
Penyakit
bisa timbul karena terjadi ketidak seimbangan antara :
1.
Penyebab
penyakit (agent)
Agent adalah penyebab utama penyakit (causaprimer),
dimana tanpa kehadirannya penyakit yang spesifik tidak akan timbul.
Kelompok
agent bisa berupa :
a.
Elemen gizi
1)
Jodium
2)
Kekurangan/kelebihan
viatamin-vitamin/mineral
b.
Kimia
eksogen
Zat kimia
yyang berasal dari luar tubuh, misalnya : obat-obat insektisida, CO, dan
lain-lain
c.
Kimia
endogen
Zat-zat
kimia yang berasal dari tubuh manusia, misalnya metabolisme, urium, billirbin,
hormone thyroksin yang berlebihan, dan lain-lain.
2.
Lingkungan
Yang
termasuk ke dalam faktor lingungan dapat dibedakan atas faktor fisik, biologis,
dan sosial ekonomi.
a.
Faktor fisik
misalnya geografi, dataran tinggi, daerah rawan dan musim.
b.
Faktor
biologis misalnya tumbuh-tumbuhan, faktor perantara (lalat, nyamuk, kecoa) dan
binatang berbisa.
c.
Sosial
ekonomi meliputi perkembangan ekonomi, stktur sosial, politik dan kepadatan
penduduk.
7. Jenis
Penyakit / Kronis
Jenis penyakit yang diderita oleh
manusia sangat beragam. Ada penyakit yang disebabkan dari dalam tubuh manusia
maupun dari luar tubuh manusia seperti kegagalan fungsi organ tubuh,
bakteri, kuman, racun, virus, jamur,
atau keturunan.
Mengapa kita harus mengetahui
berbagai jenis penyakit?
Mengetahui berbagai jenis penyakit sangat
penting bagi kita agar dapat mencegah timbulnya penyakit atau dapat segera
mengantisipasi ketika melihat gejala-gejala atau pun menderita penyakit
tertentu. Selain itu, sebaiknya, kita pun mengenal sebab-sebab timbulnya
penyakit dan juga gejala-gejala yang tampak saat terjangkit suatu penyakit.
Jenis penyakit yang terjangkit dalam
tubuh manusia dalam kurun waktu yang sangat lama bahkan dapat mengakibatkan
kematian, diantaranya:
- AIDS
- Kanker
- Jantung
8.
Perilaku Sakit (Sick
Role Behaviour)
Perilaku sakit mencakup semua
kegiatan yang dilakukan orang sakit untuk merasakan mendefinisikan,
menginterpretasikan gangguan serta mencari pengobatan yang tepat. Sedangkan
perilaku sehat mencakup semua kegiatan yang dilakukan oleh orang untuk mencegah
atau mendeteksi adanya penyakit pada setiap tingkat gangguan.
Gangguan dapat diinterpretasikan
berbeda oleh orang yang berbeda, sehingga mempengaruhi keputusan yang diambil.
Lesu ketika bangun tidur, dapat diinterpretasikan kelelahan oleh orang yang
baru bekerja keras; atau gejala flu pada cuaca mendung; atau penyakit bertambah
parah pada orang yang berpenyakit kronis. Interpretasi berbeda akan menyebabkan
tindakan pengobatan yang berbeda. Perilaku sakit merupakan fungsi dari
pengalaman saat itu, pengalaman masa lalu, proses informasi dan proses
kognitif.
Menurut Parsons, perilaku spesifik
yang tampak bila seseorang memilih peran sebagai orang sakit, yaitu orang sakit
tidak dapat disalahkan sejak mulai sakit, dikecualikan dari tanggung jawab
pekerjaan, sosial dan pribadi, kemudian orang sakit dan keluarganya diharapkan
mencari pertolongan agar segera sembuh.
Perilaku sakit merupakan perilaku
orang sakit yang meliputi: cara seseorang memantau tubuhnya; mendefinisikan dan
menginterpretasikan gejala yang dialami; melakukan upaya penyembuhan; dan
penggunaan sistem pelayanan kesehatan.
Seorang individu yang merasa
dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa berfungsi sebagai mekanisme koping.
TAHAP-TAHAP PERILAKU SAKIT
A. Tahap I (Mengalami Gejala)
1. Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang salah ”
2. Mereka mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum
menduga adanya diagnosa tertentu.
3. Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi: (a) kesadaran terhadap perubahan
fisik (nyeri, benjolan, dll); (b) evaluasi terhadap perubahan yang terjadi dan
memutuskan apakah hal tersebut merupakan suatu gejala penyakit; (c) respon
emosional.
4. Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejal penyakit dan dapat mengancam
kehidupannya maka ia akan segera mencari pertolongan.
B. Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)
1.
Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat
2.
Orang yang sakit akan melakukan konfirmasi kepada keluarga, orang terdekat
atau kelompok sosialnya bahwa ia benar-benar sakit sehingga harus
diistirahatkan dari kewajiban normalnya dan dari harapan terhadap perannya.
3. Menimbulkan perubahan emosional
4. Seseorang awalnya menyangkal pentingnya intervensi dari pelayanan
kesehatan, sehingga ia menunda kontak dengan sistem pelayanan kesehatan akan
tetapi jika gejala itu menetap dan semakin memberat maka ia akan segera
melakukan kontak dengan sistem pelayanan kesehatan dan berubah menjadi seorang
klien.
C. Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)
1. Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang
ahli, mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab penyakit, dan
implikasi penyakit terhadap kesehatan dimasa yang akan datang
2. Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak menderita
suatu penyakit atau justru menyatakan jika mereka menderita penyakit yang bisa
mengancam kehidupannya. Klien bisa menerima atau menyangkal diagnosa tersebut.
3. Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencan pengobatan yang
telah ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan mencari
sistem pelayanan kesehatan lain, atau berkonsultasi dengan beberapa pemberi
pelayanan kesehatan lain sampai mereka menemukan orang yang membuat diagnosa
sesuai dengan keinginannya atau sampai mereka menerima diagnosa awal yang telah
ditetapkan.
4. Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan,
mungkin ia akan mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh
diagnosa yang diinginkan
5. Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang mengancam
kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi kesehatan lain untuk meyakinkan
bahwa kesehatan atau kehidupan mereka tidak terancam. Misalnya: klien yang
didiagnosa mengidap kanker, maka ia akan mengunjungi beberapa dokter sebagai
usaha klien menghindari diagnosa yang sebenarnya.
D. Tahap IV (Peran Klien Dependen)
1.
Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya,
sehingga klien bergantung pada pada pemberi pelayanan kesehatan untuk
menghilangkan gejala yang ada.
2.
Klien menerima perawatan, simpati, atau
perlindungan dari berbagai tuntutan dan stress hidupnya.
3.
Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas
normalnya semakin parah sakitnya, semakin bebas.
4.
Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikanny dengan perubahan jadwal
sehari-hari. Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia
bekerja, rumah maupun masyarakat.
E.
Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)
1.
Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan
dapat terjadi secara tiba-tiba, misalnya penurunan demam.
2.
Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan
seorang klien butuh perawatan lebih lama sebelum kembali ke fungsi optimal,
misalnya pada penyakit kronis.
3.
Tidak semua klien melewati tahapan yang ada, dan
tidak setiap klien melewatinya dengan kecepatan atau dengan sikap yang sama.
Pemahaman terhadap tahapan perilaku sakit akan membantu perawat dalam
mengidentifikasi perubahan-perubahan perilaku sakit klien dan bersama-sama
klien membuat rencana perawatan yang efektif
2.9
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku sakit
A. Faktor Internal
1.
Persepsi
individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami
Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala
tersebut dapat mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari. Misal: Tukang Kayu
yang menderitas sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan
dan mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan. Akan tetapi
persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja
orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara
menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.
2.
Asal atau
Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan
berat serta mungkin mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien
bisanya akan segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang
diberikan.
Sedangkan pada penyakit kronik bisaany berlangsung
lama (>6 bulan) sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi
yang ada. Jika penyakit kronik itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang
diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala yang ada, maka klien mungkin tidak
akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi yang ada.
B.
Faktor
Eksternal
1.
Gejala yang
Dapat Dilihat
Gajala yang
terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan Perilaku Sakit.
Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan lebih
cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan, karena
mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.
2.
Kelompok
Sosial
Kelompok
sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru meyangkal
potensi terjadinya suatu penyakit. Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny.
A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda
telah menemukan adanya benjolan pada Payudaranya saat melakukan SADARI.
Kemudian mereka mendisukusikannya dengan temannya masing-masing. Teman Ny. A
mungkin akan mendorong mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu
dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny. B mungkin akan mengatakan itu hanyalah
benjolan bisaa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter
3.
Latar
Belakang Budaya
Latar
belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat, mengenal
penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu memahami latar
belakang budaya yang dimiliki klien.
4.
Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang bisaanya ia
akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia
akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.
5.
Kemudahan Akses
Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat
pelayanan medis lain sering mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem
pelayanan kesehatan.
Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar dan mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang rumit.
Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar dan mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang rumit.
6.
Dukungan
Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi
atau perkumpulan yang bersifat peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut
dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti seminar kesehatan, pendidikan dan
pelatihan kesehatan, latihan (aerobik, senam POCO-POCO dll). Juga menyediakan
fasilitas olehraga seperti, kolam renang, lapangan Bola Basket, Lapangan Sepak
Bola, dll
2.10
Dampak Hospitalisasi pada Klien dan
Keluarga
Tahun 1959, Russel Berton menulis buku tntang
hospitalisasi. Dalam pengertian hospitalisasi diartikan adanya beberapa
perubahan psikis yang dapat menjadi sebab yang bersangkutan dirawat di sebuh
institusi seperti rumah perawatan.
Hospitalisasi
merupakan pengalaman yang mengancam bagi individu karena stressor yang dihadapi
dapat menimbulkan perasaan tidak aman, seperti:
1.
Lingkungan
yang asing
2.
Berpisah
dengan orang yang berarti
3.
Kurang
informasi
4.
Kehilangan
kebebasan dan kemandirian
5.
Pengalaman
yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan , semakin sering berhubungan dengan
rumah sakit, maka bentuk kecemasan semakin kecil atau malah sebaliknya.
6.
Prilaku
petugas Rumah Sakit.
Perubahan
yang terjadi akibat hospitalisai adalah :
1.
Perubahan
konsep diri
Akibat
penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan, pengaruh citra tubuh,
perubahan citra tubuh dapat menyebabkan perubahan peran , idial diri, harga
diri dan identitasnya
2.
Regresi
Klien
mengalami kemunduran ketingkat perkembangan sebelumnya atau lebih rendah dalam
fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual.
3.
Dependensi
Klien merasa
tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
4.
Dipersonalisasi
Peran sakit
yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak realistis, tidak
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, perubahan identitas dan sulit
bekerjasama mengatasi masalahnya.
5.
Takut dan
Ansietas
Perasaan
takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadap penyakitnya.
6.
Kehilangan
dan perpisahan
Kehilangan
dan perpisahan selama klien dirawat muncul karena lingkungan yang asing dan
jauh dari suasana kekeluargaan, kehilangan kebebasan, berpisah dengan pasangan
dan terasing dari orang yang dicintai.
2.11
Peran Perawat terhadap Sehat
Sakit (Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier)
Peran adalah seperangkat tingkah
laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya
dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam
maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang
diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara,
1995:21).
Peran perawat yang dimaksud adalah
cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah
menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh
pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional
sesuai dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan
sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.
Berikut pendapat tentang peran
perawat
A. Peran Perawat (CHS 1989)
Peran adalah tingkah laku yang
diharapkan oleh seseorang terhadap orang lain (dalam hal ini adalah perawat)
untuk berproses dalam sistem sebagai berikut :
1. Pemberi asuhan keperawatan
2. Pembela
pasien
3. Pendidik
tenaga keperawatan masyarakat
4. Koordinator
dalam pelayanan masyarakat
5. Kolaborator
dalam membina kerja sama dengan profesi lain dan sejawat
6. Konsultan
atau penasihat pada tenaga kerja dan klien
B.
Peran
perawat (Lokakarya Nasonal 1983)
1.
Pelaksanaan
pelayanan keperawatan
2.
Pengelola
pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan
3.
Pendidik
dalam keperawatan
4.
Peneliti dan
pengembang keperawatan
C.
Peran
Perawat Menurut para Sosiolog
1. Peran
terapeutik : kegiatan yang ditujukan langsung pada pencegahan dan pengobatan
penyakit
2. Expressive
atau mother substitute role yaitu kegiatan yang bersifat langsung dalam
menciptakan lingkungan dimana pasien merasa aman, diterima, dilindungi, dirawat
dan didukung oleh perawat. Menurut Johnson dan Martin peran ini bertujuan untuk
menghilangkan ketegangan dalam kelompok pelayanan (dokter, perawat, pasien dan
lain-lain)
D. Peran
perawat menurut Schulman
Schulman berpendapat bahwa hubungan perawat dan pasien
sama dengan hubungan ibu dan anak antara lain :
1.
Hubungan
interpersonal disertai dengan kelembutan hati dan rasa kasih sayang.
2.
Melindungi
dari ancaman bahaya
3.
Memberi rasa
aman dan nyaman
4.
Memberi
dorongan untuk mandiri
Selain itu peran yang dijalani
seseorang juga bergantung pada status kesehatannya. Peran yang dijalani sewaktu
sehat tentu berbeda dengan peran yang dijalani individu. Tidak mengherankan
jika klien di rumah sakit mengalami perubahan peran. Perubahan yang terjadi
akibat hospitalisasi ini tidak hanya berpengaruh pada individu, tetapi juga
pada keluarga. Perubahan tersebut antara lain :
a. Perubahan
Peran
Jika salah seorang anggota keluarga sakit Akan terjadi
perubahan peran dalam keluarga. Sebagai contoh jika yang sakit adalah ayah,
peran sebagai kepala keluarga akan dijalankan oleh ibu. Tentunya perubahan
peran ini mengharuskan dilaksanakannya tugas tertentu, sesuai dengan peran
tersebut.
b. Masalah
keuangan
Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh hospitalisasi
keuangan yang sedianya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga
akhirnya digunakan untuk keperluan klien dirawat. Akibatnya, keluarga mulai
mengalami masalah keuangan. Masalah keuangan ini sangat riskan terutama pada
keluarga yang miskin. Dengan semakin mahalnya biaya kesehatan, beban keuangan keluarga
semakin bertamnbah.
c. Kesepian
Suasana rumah akan berubah jika ada salah seorang
anggota keluarga yang dirawat. Keseharian keluarga yang bisaanya dihiasi dengan
keceriaan, kegembiraan dan senda gurau anggotanya, tiba-tiba diliputi oleh kesedihan.
Suasana keluargapun menjadi sepi karena perhatian keluarga terpusat pada
penanganan anggota keluarganya yang dirawat.
d. Perubahan
Kebisaaan Sosial
Keluarga merupakan unit terkecil
dari masyarakat. Karenanya, keluargapun mempunyai kebisaaan dalam lingkup
sosialnya. Sewaktu sehat, keluarga mampu berperan serta dalam lingkungan
sosial. Akan tetapi, saat salah seorang anggota keluarga sakit, keterlibatan
keluarga dalam aktivitas sosial di masyarakat pun mengalami perubahan.
Peran Perawat dalam Konteks Sehat / Sakit tujuannya adalah membantu individu meraih kesehatan yang optimal dan tingkat fungsi maksimal yang mungkin diraih setiap individu. Peran perawat dalam konteks sehat atau sakit adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit. Kaitannya dengan hal tersebut, promosi kesehatan merupakan suatu upaya mengarahkan sejumlah kegiatan guna membantu klien mempertahankan atau meraih derajat kesehatan dan tingkat fungsi setinggi-tingginya serta menikmati kenyamanan. Aktifitas keperawatan yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan klien antara lain : pendidikan dan konseling kesehatan. Lebih lanjut, pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan potensial. Dengan kata lain, pencegahan penyakit adalah upaya mengekang perkembangan penyakit, memperlambat kemajuan penyakit dan melindungi tubuh dari berlanjutnya pengaruh yang lebih membahayakan. Terdapat 3 tingkat pencegahan, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Peran Perawat dalam Konteks Sehat / Sakit tujuannya adalah membantu individu meraih kesehatan yang optimal dan tingkat fungsi maksimal yang mungkin diraih setiap individu. Peran perawat dalam konteks sehat atau sakit adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit. Kaitannya dengan hal tersebut, promosi kesehatan merupakan suatu upaya mengarahkan sejumlah kegiatan guna membantu klien mempertahankan atau meraih derajat kesehatan dan tingkat fungsi setinggi-tingginya serta menikmati kenyamanan. Aktifitas keperawatan yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan klien antara lain : pendidikan dan konseling kesehatan. Lebih lanjut, pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan potensial. Dengan kata lain, pencegahan penyakit adalah upaya mengekang perkembangan penyakit, memperlambat kemajuan penyakit dan melindungi tubuh dari berlanjutnya pengaruh yang lebih membahayakan. Terdapat 3 tingkat pencegahan, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan
Primer
Pencegahan primer merupaka
pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya patogenik. Tujuannya adalah untuk
mencegah penyakit dan trauma. Sevcara umum, pencegahan primer meliputi promosi
kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus (specific protection)
Promosi kesehatan dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain pendidikan
kesehatan, peningkatan gizi yang tepat, pengawasan pertumbuhan
individu,konseling pernikahan dan p[emerikasaan kesehatan berkala. Perlindungan
khusus dilakukan melalui imunisasi higiene personal, sanitasi lingkungan,
perlindungan bahaya penyakit kerja, avoidment alergic dan nutrisi khusus
(misalnya nutrisi untuk ibu hamil, nutrisi untuk bayi) dan lainnya.
2.
Pencegahan
Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan
pencegahan yang dilakaukan pada fase awal patogenik yang bertujuan untuk
mendeteksi dan melakukan interfensi segera guna menghentikan penyakit pada
tahap ini, mencegah penyebaran penyakit menurunkan intensitas penyakit atau mencegah
komplikasi, serta mempersingkat fase ketidakmampuan pencegahan sekunder
dilakukan melalui upaya diagnosis dini / penangan segera, seperti menemukan
kasus, survei penampisan, pemeriksaan selektif.
3.
Pencegahan
Tersier
Pencegahan tersier terdiri atas
upaya mencegah / membatasi ketidakmampuan serta membantu memulihkan klien yang
tidak mampu agar dapat berfungsi secara optimal. Langkah pencegahan ini antara
lain dilakukan melalui upaya pembatasan ketidakmampuan (dissability limitation)
dan rehabilitasi. Untuk pembatasan ketidakmampuan, langkah yang bisaa diambil
adalah pelatihan tentang cara perawatan diri dan penyediaan fasilitas. Untuk
rehabilitasi, upaya yang dilakukan antara lain pendidikan khusus yang
disesuaikan dengan kondisi klien yang direhabilitasi, penempatan klien sesuai
dengan keadaannya (selektive places), terapi kerja.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Secara umum sehat merupakan keadaan
yang tidak hanya untuk terbebas dari penyakit tetapi meliputi seuruh aspek
kehidupan manusia. Selain itu juga selain ada sehat terdapat juga sakit. Sakit
secara umum meruapakan keadaan yang tidak hanya terjadinya proses penyakit
tetapi dimana keadaan fisik, emosional, sosial dan perkembangan seseorang
terganggu. Untuk memebedakan anatara sehat dan skit terdapat adanya rentang
sehat sakit.
Sehat juga dipengaruhi oleh beberapa
factor. Bukan hanya sehat saja yang dipengaruhi oleh beberapa factor tetapi
juga sakit. Jika kita merasa sakit berarti ada penyakit yang bersarang di tubuh
kita. Sakit itu di timbulkan oleh beberapa penyakit. Biasanya penyakit di
timbulkan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya.
3.2
Saran
Setelah kita membaca kutipan di
atas, kami sebagai penulis makalah ini, kami memberi saran kepada seluruh
khalayak untuk tetap memperhatikan kondisi kita. Sehat merupakan sesuatu yang
sangat mahal bagi kita, jika kita tidak menjaga kesehatan kita, maka kita akan
terserang penyakit.
Selain itu juga, kami memberi saran
kepada para medis untuk tetap memperhatikan kesehatan masyarakat supaya Negara
kita terhindar dari berbagai macam penyakit. Kami juga berharap dari pihak
medis memberikan penyuluhan kepada masyarakat awam mengenai kesehatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Niven,Neil.2002.PSIKOLOGI KESEHATAN.Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran:ECG.
Chaplin,C.P.1993.Kamus Lengkap Psikologi;editor, Kartini
Kartono. Jakarta:Rajawali Pers.
Aziz, Alimul
Hidayat, A. 1999. Pengantar Konsep Dasar
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Situs Web
Komentar
Posting Komentar